PGRI dan Pengembangan Sekolah Ramah Anak: Langkah Menuju Pendidikan Humanis

By
6

Pengembangan sekolah ramah anak menjadi salah satu agenda penting dalam mewujudkan pendidikan yang humanis, inklusif, dan berkeadilan. Sebagai organisasi profesi terbesar yang menaungi guru di seluruh Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) memiliki peran strategis dalam mendorong terciptanya lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik. PGRI melihat bahwa sekolah ramah anak bukan sekadar konsep, tetapi sebuah budaya pendidikan yang menempatkan martabat manusia sebagai pusat pembelajaran.


1. Komitmen PGRI terhadap Pendidikan Humanis

PGRI secara konsisten menyuarakan pentingnya pendidikan yang menghargai hak-hak anak, mendorong kebebasan berekspresi, serta menjamin keselamatan fisik dan psikologis siswa. Melalui berbagai forum, advokasi, dan rekomendasi kebijakan, PGRI mengingatkan bahwa peserta didik adalah subjek utama dalam proses pembelajaran, bukan sekadar objek yang harus memenuhi standar akademik.

Pendidikan humanis bagi PGRI berarti membangun hubungan yang harmonis antara guru dan siswa, memberikan ruang bagi perkembangan karakter, serta mengutamakan pendekatan pembelajaran yang empatik dan menghargai keberagaman.


2. Peran PGRI dalam Membina Guru untuk Mewujudkan Sekolah Ramah Anak

Guru adalah ujung tombak dalam menciptakan sekolah ramah anak. PGRI berkomitmen memperkuat kompetensi guru melalui:

a. Pelatihan Berbasis Penguatan Karakter

PGRI menyelenggarakan berbagai pelatihan yang menekankan pentingnya komunikasi efektif, metode pembelajaran positif, dan pengelolaan kelas tanpa kekerasan.

b. Program Pengembangan Profesional Berkelanjutan

Melalui kegiatan seminar, workshop, hingga webinar nasional, PGRI membantu guru memahami prinsip-prinsip dasar pendidikan ramah anak seperti inklusi, nondiskriminasi, dan penghargaan terhadap hak siswa.

c. Penyediaan Modul dan Bahan Ajar

PGRI menghasilkan panduan dan modul yang memudahkan guru dalam menerapkan aktivitas pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan tidak mengandung unsur intimidasi.


3. Mendorong Sekolah sebagai Ruang Aman dan Inklusif

Dengan dukungan PGRI, sekolah-sekolah diharapkan menerapkan kebijakan yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan siswa, seperti:

  • Pencegahan perundungan (bullying)

  • Sistem pelaporan pelanggaran yang mudah diakses

  • Kebijakan anti-kekerasan, baik fisik maupun verbal

  • Penguatan layanan konseling dan pendampingan psikososial

  • Ruang pembelajaran yang ramah bagi anak berkebutuhan khusus

PGRI menekankan bahwa sekolah harus menjadi tempat di mana setiap anak dapat tumbuh sesuai potensinya tanpa rasa takut ataupun tekanan yang tidak manusiawi.


4. Kolaborasi PGRI dengan Pemerintah dan Masyarakat

Pengembangan sekolah ramah anak membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. PGRI aktif menjalin kemitraan dengan:

  • Pemerintah pusat dan daerah, dalam penyusunan regulasi dan kebijakan pendidikan.

  • Komite sekolah dan orang tua, untuk memastikan pendekatan humanis juga diterapkan di lingkungan keluarga.

  • Lembaga perlindungan anak, untuk memperkuat sistem pencegahan kekerasan di sekolah.

Melalui sinergi ini, PGRI berharap tercipta ekosistem pendidikan yang membantu siswa tumbuh sebagai generasi berkarakter, empatik, dan berdaya.


5. Langkah Nyata untuk Masa Depan Pendidikan Humanis

PGRI terus mendorong sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk bertransformasi menjadi ruang yang:

  • Menghargai hak setiap anak

  • Mendukung perkembangan emosional dan sosial

  • Menumbuhkan kreativitas dan kemandirian

  • Bebas dari segala bentuk kekerasan

Dengan pondasi sekolah ramah anak, pendidikan Indonesia akan semakin mendekati cita-cita humanisme: membentuk manusia yang berbudaya, berintegritas, dan berdaya saing global.

ufabet1688